Selasa, 31 Agustus 2010

Nina bobo


Nina bobo….
Oh… nina bobo….
Kalau tidak bobo digigit nyamuk….
Nina bobo….
Oh… nina bobo….
Kalau tidak bobo digigit nyamuk….
Bobo lah bobo adikku sayang…
Kakak kan selalu menjaga kamu
Ini adalah sebuah kisah tentang seorang remaja bernama Shinta, kisah menyedihkan bagi seorang anak sepertinya. Kisah ini dimulai pada suatu pagi. “ibu, ayah mau kemana?” Tanya Shinta. “kakak, kami akan pergi keluar kota. Ayahmu tiba-tiba ada rapat keluar kota. Kakak, tolong jaga adik ya kak! Tolong rawat Nina!” pesan ayah dan ibunya. “iya bu, yah Shinta janji!”
        Dua hari berlalu semenjak keberangkatan orang tuanya, tiba-tiba suara telepon rumahnya berdering segera Shinta yang usai pulang sekolah mengangkatnya. “halo! Ini Shinta, ada apa ya?” katanya lirih, sang penelepon mengatakan sesuatu yang membuat hati Shinta berdegup kencang, dengan segera Shinta menutup telepon dan menangis terisak-isak di kesunyian rumah. “ayah… Ibu… kenapa kalian tinggalkan Shinta dan Nina?” tangis Shinta.
Nina bobo….
Oh… nina bobo….
Kalau tidak bobo digigit nyamuk….
Nina bobo….
Oh… nina bobo….
Kalau tidak bobo digigit nyamuk….
Bobo lah bobo adikku sayang…
Kakak kan selalu menjaga kamu
Lantunan suara Shinta terhenti seketika saat Nina menanyakan dimana orang tua mereka dan Shintapun menjawabnya dengan suara yang lembut “Nina, ayah dan ibu tidak ada lagi. Mereka tidak akan pulang lagi.” “kenapa  kak? Apa mereka meninggal?” tanyanya lagi. Dengan berat hati Shinta mengangguk. Maka, pecahlah tangis kedua kakak beradik itu ditengah-tengah kokohnya rumah mereka yang mewah nan sunyi itu.
        Beberapa hari setelah Shinta memberitahukan kabar meninggalnya orang tua mereka, Nina yang amat terpukul akan kabar itu mengalami demam tinggi. Shinta amat panik dan mencoba untuk melakukan sesuatu sebisanya seperti yang telah diajarkan oleh ibunya. Saat panas badan Nina sudah mulai turun, Nina menarik lengan baju Shinta dan berkata “kak, tolong nyanyikan lagu Nina bobo untuk Nina. Nina rasanya capek kak, Nina mau bobo!”. Shintapun segera menyanyikan lagu nina bobo untuknya 
Nina bobo….
Oh… nina bobo….
Kalau tidak bobo digigit nyamuk….
Nina bobo….
Oh… nina bobo….
Kalau tidak bobo digigit nyamuk….
Bobo lah bobo adikku sayang…
Kakak kan selalu menjaga kamu
Saat kalimat terakhir dari lagu itu dinyanyikan, Shinta baru tersadar bahwa adiknya sudah tiada. Adiknya  telah menghela nafas terakhirnya seiring dengan lantunan lagu pengiring tidurnya. “Nina, kenapa kamu sejahat ini? Kenapa kamu ikut pergi sayang? Kenapa kamu tinggalkan kakak seperti ayah dan ibu pergi? Kenapa sayang?” tangisnya sambil memeluk tubuh adiknya yang telah terbujur kaku itu. Tiba-tiba, Shinta melihat orang tuanya masuk melalui pintu rumahnya dan dengan sangat murka orang tuanya berkata  “ Shinta, kamu adalah anak durhaka! Kamu tidak mematuhi apa yang kami pesankan. Kami sangat kecewa padamu Shinta! Kami memintamu untuk menjaga Nina kan? Namun kenapa dia bisa begini Shinta? Liat dia! Dia meninggal gara-gara kamu Shinta!” Shintapun segera mengejar mereka namun terlambat, mereka telah tiada disana.
          Hari demi hari setelah meninggalnya Nina, Shinta seperti telah kehilangn akal sehatnya. Dia terkadang menangis, dan terkadang ia tertawa seperti seorang kakak yang sedang bergelut dengan adiknya. Sering kali dia duduk disamping buaian adiknya, dan setiap orang yang menanyainya tentang apa yang ia perbuat ia selalu mengatakan “sssttt… Nina sedang bobo!” dan mengayun-ayunkan buaian tempat adiknya biasa tertidur sambil menyanyikan 
Nina bobo….
Oh… nina bobo….
Kalau tidak bobo digigit nyamuk….
Nina bobo….
Oh… nina bobo….
Kalau tidak bobo digigit nyamuk….
Bobo lah bobo adikku sayang…
Kakak kan selalu menjaga kamu…..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar