Kamis, 02 September 2010

30 April… Saat Bahagia, Saat Tertawa, Saat Aku menangis

Tetes demi tetes hujan turun, aku termenung di depan jendela kembali teringat kenangan-kenangan masa laluku. Aku berdiri dan mencari agenda lamaku, kubuka lembar demi lembar akupun terhenti pada sebuah halaman. 30 April, hari ulang tahunku, hari jadianku, dan hari kematiannya. Dia Vino, kekasihku, sahabatku, juga kakak bagiku.
Namaku adalah Miharu, ini adalah cerita pada saat aku bersekolah disebuah SPG di Jakarta. Hari ini adalah hari pertamaku sekolah, aku duduk sendiri disebuah bangku. Tiba-tiba ada seseorang menghampiriku dan berkata “Namaku Vino, maukah kamu menjadi sahabatku?”. Seketika aku termenung dan akupun menjawab “Namaku Miharu, tentu… aku mau menjadi sahabatmu!”.
Sejak saat itu aku dan Vinopun bersahabat. Hari demi hari kami lalui bersama, hal itu membuat persahabatan kami semakin erat. Hari ini tanggal 30 April, hari kelahiranku. Aku dan Vino janjian dirumahku untuk merayakan ulang tahunku. Pukul sembilan malam sudah kini, namun dia tak kunjung datang. Aku sudah semakin resah, tiba-tiba ada seseorang yang memakaikan kalung dileherku, “Vino….” Kataku. “Selamat ulang tahun ya Miharu! Aku ada sebuah permintaan!” serunya. Dengan penasaran segera kutanya “Apa Vino?” diapun kemudian memegang tanganku dan berkata “Miharu… maukah kamu menjadi kekasihku?” seketika mukaku memerah dan aku yang tak sanggup menjawabpun hanya dapat menganggukkan kepala.
Hari demi hari kulalui dengannya, bukan sebagai sahabat lagi, tetapi sebagai kekasihnya. Tak terasa kini aku sudah tamat sekolah, kini aku dan dia harus berpisah. Aku ditugaskan untuk mengajar di kampung sawah, sebuah daerah terpencil di Jakarta yang kini telah disulap menjadi kompleks AURI . Sedangkan Vino ditugaskan untuk mengajar di Bogor. Walau terpisah jauh, tetapi aku dan dia telah berjanji untuk selalu setia.
Kampung Sawah, penduduknya sebagian besar adalah petani. Sungguh perjuangan yang keras, aku berusaha untuk menjemput satu demi satu muridku agar diperbolehkan oleh orang tuanya untuk bersekolah. Bagi penduduk disana, lebih baik anak-anaknya pergi kesawah daripada kesekolah. Selain itu, begitu minimnya fasilitas untuk belajar dan mengajar, tidak seperti sekarang yang apapun serba ada. Namun, segala perjuanganku tak sia-sia, kini murid-muridku dulu telah sukses, ada yang menjadi pilot, dokter, pengusaha, bahkan ada yang meneruskan perjuanganku sebagai seorang guru. Aku sangat bahagia, murid-muridku dulu tidak ada yang melupakanku walau telah sukses sekalipun.
Hari ini tanggal 30April, ulang tahunku yang kedua puluh. Aku dan Vino janjian bertemu dirumahku untuk merayakan hari ulang tahunku sekaligus hari jadian kami. Vino berjanji akan pulang dari Bogor hari ini. Kini sudah pukul sembilan malam, namun Vino tak kunjung datang, aku mulai resah namun kutinggalkan rasa itu dengan percaya bahwa dia akan datang dengan seribu kejutan untukku. Aku menunggu…. Dan menunggu… kini tengah malam sudah, namun Vino tak kunjung datang. Sungguh… rasa kantuk dan kesal membaur, aku mulai tak dapat mengendalikan amarahku. “Besok aku akan datang kerumahnya dan menanyakan kenapa dia tak kunjung datang kerumahku.” Ujarku dalam hati. Akupun beranjak dari teras dan masuk kekamarku untuk tidur.
Keesokan harinya aku datang kerumah Vino, aku sungguh terkejut melihat bendera kuning didepan rumahnya. “Siapa yang meninggal? Apakah ibunya yang sudah sakit-sakitan? Atau siapa?” tanyaku dalam hati. Aku masuk kedalam rumahnya dan kulihat satu persatu anggota keluarganya, “Semua lengkap, jadi siapa yang meninggal? Hah... jangan-jangan Vino? Tapi gak mungkin dia! Gak mungkin!” kataku dalam hati. Kemuadian kakaknya menghampiriku dan mengajakku ketempat mayat itu, dia membuka kain yang menutupi tubuh mayat tersebut. Alangkah kagetnya aku ketika kutahu mayat itu ternyata Vino, kemudian kakaknya menunjukkan sebuah tulisan darah ditangan Vino, disana tertulis “Selamat ulang tahun sayang dan selamat hari jadian kita!” aku tak kuasa menahan tangisku, segera kupeluk mayatnya yang terbujur kaku itu.
Hari ini tanggal 30 April, ulang tahunku yang ke tiga puluh dan hari jadian kita yang ke 14 Vino. Terima kasih Vino! Kamu telah membawa segenap kebahagiaan dan keindahan untukku. Terima kasih! Kamu telah menemaniku saat susah maupun senang. Terima kasih! Walau kamu kini tak ada lagi, tetapi kamu adalah kekuatan untukku, kamu adalah alasan bagiku agar selalu kuat untuk hadapi segalanya, kamu adalah penghiburku ketika aku bersedih dengan mengingat segala kenangan kita itu menjadikan aku bahagia dan dapat kembali tersenyum. Terima kasih Vino! Kamu telah memberiku sebuah kenangan indah yang takkan pernah terjadi untuk yang kedua kalinya dalam hidupku. Terimakasih... kekasih seumur hidupku! Vino....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar